27.1 C
Banda Aceh

BI Perkirakan Inflasi Meningkat Akibat Kenaikan Harga BBM

JAKARTA | CBNPostInflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Hal itu terungkap dalam rilis Bank Indonesia (BI) No.24/236/DKom, 1 September 2022. Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryon dalam rilis tersebut mengingkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2022 mengalami deflasi sebesar 0,21% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,64% (mtm).

Deflasi terutama bersumber dari penurunan harga kelompok volatile food dan penurunan inflasi administered prices, di tengah inflasi inti yang meningkat. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK Agustus 2022 tercatat 4,69% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy).

Baca Juga: GRC Terintegrasi Perlu Diterapkan di Sektor Jasa Keuangan

“Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan masih berlanjut, antara lain didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global. Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi,” ungkapnya.

Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1% dan karenanya diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia untuk langkah-langkah pengendaliannya.

Erwin Haryono menambahkan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi antara pusat dan daerah untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan melalui Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi (TPIP dan TPID), serta akselerasi pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Baca Juga: Riset dan Inovasi Perkuat Masa Depan Bank Sentral Digital

Inflasi inti pada Agustus 2022 terjaga sebesar 0,38% (mtm), meski meningkat dibandingkan dengan inflasi Juli 2022 yang sebesar 0,28% (mtm). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas dalam kelompok pendidikan, serta komoditas kontrak dan sewa rumah yang didorong kenaikan mobilitas masyarakat dan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi.

Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global. Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2022 masih terjaga rendah sebesar 3,04% (yoy), meski lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,86% (yoy). Terjaganya inflasi inti tersebut didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi.

Kelompok volatile food pada Agustus 2022 mencatat deflasi sebesar 2,90% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 1,41% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi aneka cabai dan bawang merah sejalan dengan peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi.

Baca Juga: Pemeritah Luncurkan Kartu Kredit Domestik dan QRIS Antarnegara

Di sisi lain, komoditas beras dan telur ayam ras mengalami inflasi seiring dengan berakhirnya masa panen dan peningkatan permintaan. Secara tahunan, kelompok volatile foods mengalami inflasi 8,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,47% (yoy).

Inflasi kelompok administered prices pada Agustus 2022 mencatat inflasi 0,33% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,17% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan meredanya tekanan harga avtur.

Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik, seiring dengan penyesuaian harga energi nonsubsidi. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 6,84% (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,51% (yoy).[]

Artikel Terkait

Artikel Terbaru